www.gitaralfian.co.cc »

Rabu, 27 Agustus 2008

Materi 21

Aransemen Musik


Unsur-unsur terpenting bagi arranger untuk mengaransemen sebuah lagu antara lain meliputi aspek melodi, harmoni, dan irama.




    • Melodi



Melodi adalah elemen utama dalam aransemen musik. Tanpa melodi tentu tidak akan ada aransemen. Dengan adanya melodi, arranger mulai memikirkan bagaimana untuk menaransir sebuah melodi. Sebagai contoh:



  • Membuat melodi dua suara.


Melodi satu suara bisa diaransir menjadi melodi dua suara. Caranya adalah dengan mengambil nada-nada satu terts dibawah nada-nada (melodi) utama. Contoh:


Photobucket



  • Dengan Teknik Kanon.


Melodi kedua diambil sama dengan melodi utama/pertama, namun masuknya terlambat1/2 birama dan melodi ketiga masuknya terlambat 1 birama. Contoh:


Photobucket



  • Dengan Teknik Unisono


Yang dimaksud adalah dengan menambahkan melodi kedua yang sama dengan melodi utama, tetapi dengan warna suara yang berbeda. Misalnya, melodi utama dinyanyikan oleh suara sopran, sedangkan melodi yang lain dinyanyikan oleh suara tenor begitupun sebaliknya.




    • Harmoni



Dalam mengaransemen sebuah lagu, harmoni memegang peran besar. Dengan penerapan harmoni yang sesuai, sebuah lagu akan menarik dan enak didengar. Yang dimaksud dengan harmoni disini adalah tentang akor-akor dan progresi akor. Karena dalam mengaransemen sebuah melodi, arranger harus mengerti tentang progresi akor. Akor-akor inilah yang akan menentukan hasil terhadap aransemen. Dengan progresi akor yang bagus, sebuah melodi sederhana akan menjadi sebuah nusik yang bagus.


Contoh progresi akor:





      • I – IV – V(7) – I (C-F-G7-C)

      • I – IV – I bas5 – I (C-F-CbasG-G7-C)

      • I – vi – ii – V7 – I (C-Am-Dm-G7-C)

      • Dalam mengaransemen dapat ditambahkan Arpeggio, atau dikombinasikan dengan tangganada lain.

      • Nada-nada bass pada akor tidak harus selalu nada dasar. Dapat juga digunakan akor pembalikan dan diambil bass nya.




Gerak atau perpindahan akor-akor ini umumnya mengikuti melodi lagunya. Biasanya, gerak akor-akor mengikuti suatu pola tertentu yang selalu teratur. Berikut adalah pola gerak akor sederhana yang dapat dilakukan dalam mengaransemen sebuah lagu.



  1. Akor tonika ( I ) biasanya dapat berpindah dengan bebas ke akor apapun. Rumusan sederhanannya,


Contoh:




    • Akor C ke G atau C ke F atau C ke Am

    • Akor D ke A atau D ke G atau D ke Bm




  1. Bila akor tonika ( I ) akan berpindah ke akor subdominan ( IV ), sebaiknya melalui akor diminish terlebih dahulu. Rumusan sederhananya,


Contoh:



  • Sebelum ke akor F, akor C berpindah dulu ke C7. variasinya: C-G-C-F.



  1. Akor Subdominan ( IV ) dapat berpindah langsung ke akor tonika ( I ) atau terlebih dahulu melalui akor dominan ( V ). Rumusan sederhananya,


Contoh:



  • Dalam tangganada C (natural), akor F dapat langsung berpindah ke akor C, atau melalui akor G lalu ke C.

  • Dalam tangganda G, akor C dapat langsung kembali ke akor G, atau melalui akor D lalu ke G.



  1. Akor dominan (V) dapat langsung berpindah ke akor subdominan (IV), atau melalui akor tonika (I), atau melalui akor tambahan seperti akor supertonika (II), median (III), atau submedian (VI), Rumusan sederhananya,


Contoh:



  • Dalam tangganada C, akor F dapat berpindah ke akor G atau melalui akor C dulu baru ke G, seringpula terjadi, sebelum berpindah ke akor G, terlebih dahulu akor C berpindah ke akor Dm.



  1. Pada frase akhir lagu, kita dapat variasi antara lain, sebelum ke akor tonika (I), akor berpindah dulu ke akor subdominan (IV). Rumusan sederhanannya,


Contoh:



  • Sebelum kembali ke akor C, akor terlebih dahulu ke F – Fm – kemudian ke C.


    • Irama



Kegiatan membuat aransemen juga dapat dilakukan dengan membuat variasi pada pola irama lagu tersebut. Sebuah lagu pasti memilki pola iramanya, seperti pola irama waltz, tango, reggae, beat, mars, dan polka. Seorang arranger biasanya akan membuat variasi dalam pola-pola irama lagu tersebut. Bahkan, tidak jarang pada bagian tertentu, arranger mengubah pola iramanya dan mengembalikannya ke pola semula. Tujuan variasi irama ini tidak lain agar lagu tersebut tidak terkesan. Membosankan.


Irama ini terkait erat dengan metrum / tanda birama. Contohnya, irama waltz / valse menggunakan metrum 3 ( ¾ ; 3/8), irama tango menggunakan metrum (2/4), irama menuet menggunakan metrum 3, dan seterusnya.