www.gitaralfian.co.cc »

Selasa, 25 Maret 2008

Tingkatkan Apresiasi Musik Klasik di Indonesia

Perkembangan musik klasik di Indonesia cukup baik dan stabil bila dibandingkan dengan di negara Eropa dan Amerika. Sayangnya, apresiasi dan ruang bagi para musisi klasik tersebut di Indonesia masih cukup rendah. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan musik klasik itu akan mati dengan sendirinya. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Andre de Quadros, seorang dirigen, pendidik, dan spesialis musik klasik dari Boston University, Amerika dalam konferensi pers Konser Piano Kevin Suherman dan Orchestra di Bandung.

Selama ini, sambung Andre, baik di dunia maju dan berkembang, ruang apresiasi untuk musik klasik cenderung berkurang. Penyebabnya tiada lain, genre musik lain yang lebih digandrungi dan mendapatkan porsi besar di masyarakat. Untuk di Indonesia, ada indikasi perkembangannya cukup baik karena dari penyelenggaraan ujian setiap tahunnya, banyak peserta yang berpartisipasi. "Tayangan televisi banyak yang mengangkat musik pop. Saya bukan membenci musik pop, tapi harus ada ruang-ruang untuk musik klasik," tutur pria yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Musik di Boston University, Amerika.

Makanya, dia berharap agar Konser Piano Kevin Suherman dan Orchestra yang bakal digelar di Sasana Budaya Ganesha, Bandung pada Minggu (17/6) bisa mendapatkan apresiasi dari masyarakat Indonesia, khususnya Bandung. Pasalnya, bukan tidak mungkin, Kevin yang sudah mendapatkan banyak tawaran untuk belajar di luar negeri tidak akan kembali ke Indonesia apabila sudah berhasil di negeri orang. "Saya awalnya dari India, kemudian berangkat ke luar negeri karena memang suasananya mendukung (buat musik klasik) dan tidak kembali. Tidak tertutup kemungkinan itu terjadi juga pada Kevin. Tantangan ini harus dijawab oleh anda sekalian, bagaimana menciptakan suasana yang bisa mendukung perkembangan musik klasik di Indonesia," paparnya.

Musik klasik, lanjutnya, penting untuk dipertahankan. Andre mengibaratkan musik klasik itu seperti kekayaan dunia layaknya bangunan tua yang sarat dengan sejarah. "Sekarang ini, kita kehilangan hampir semua yang menjadi tradisi dan sejarah. Dalam dunia modern ini, semuanya tampak hampir seragam. Saya khawatir, kita akan menjadi sama semuanya."

Terkait konser itu, Ketua Bandung Choral Society, Tommy Kandisaputra menjelaskan acara ini merupakan yang pertama kali diadakan di Indonesia. "Kevin yang usianya baru 12 tahun bakal konser piano solo dengan orkes-tra," tuturnya. Dalam konser itu, Kevin yang masih duduk di kelas 1 SMP Bina Bakti program Martius ini akan membawakan komposisi klasik Chopin Piano Concerto no 1 in E minor, opus 11 dan Beethoven Piano Concerto no 3 in C minor, opus 37 dengan diiringi orkestra yang beranggotakan 50 orang. Kevin juga, tambah Tommy, bakal memainkan secara solo komposisi Schumann Variatons on the Name "Abegg" op1, Premiere Ballade F. Chopin op 23, dan Es Lilin yang divariasi olehnya. "Yang dimainkannya itu karya besar dan dipimpin oleh Andre de Quadros sebagai konduktornya," ungkap Tommy.

Pianis cilik yang sudah pernah menggelar konser di berbagai tempat baik di dalam dan luar negeri itu, sempat memperlihatkan kemampuannya bermain piano. Dia memainkan jemarinya di atas tuts piano sehingga terdengar lagu Es Lilin karya Mursih. Dia mengaku berlatih dua hingga tiga jam setiap harinya untuk tampil akhir pekan nanti. "Latihannya sendiri semenjak bulan April," kata Kevin yang mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam. Menurut Andre, penampilan Kevin dengan iringan orkestra tersebut menarik untuk disimak. "Tekniknya sangat kuat dan stabil. Dia mampu mengekspresikan musiknya dengan dorongan dan gairah yang ada di dalam dirinya," jelas dia.(fis)