Jon Koplo, tokoh kita kali ini masih duduk di SMA.
Ia adalah anak Tom Gembus, seorang anggota TNI AU dan Lady Cempluk yang asli orang Jawa Barat.
Sebagai konsekuensi menjadi anak tentara, tentu saja ia harus ngatut ke tempat di mana ayahnya bekerja.
Nah, ketika Tom Gembus dimutasi di Yogya, di sinilah masalah muncul. Jon Koplo yang tidak mudheng babar blas bahasa Jawa sulit berkomunikasi dengan teman-teman barunya, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, termasuk dengan neneknya yang juga berada di Prambanan.
Setiap kali diajak ngomong sama neneknya, Jon Koplo nggak ngerti maksudnya.
Akhirnya oleh Tom Gembus ia dikasih tahu kalau nggak ngerti jawab aja "ora mudheng!"
Suatu sore, ketika sedang makan sambil menonton TV, Koplo ditegur sang nenek,
"Le, maeme ndang dientekke. Aja nonton TV terus, ngentek-entekke setrum, pajeke larang," Kontan saja Jon Koplo yang nggak ngerti neneknya ngomong apa cuma bilang "ora mudheng!" sambil lari ke dapur.
Neneknya hanya bisa mengelus dada.
Pengalaman yang tak terlupakan oleh Jon Koplo dan keluarga besarnya terjadi ketika tes sekolah telah dimulai.
Hari itu kebetulan jadwal pelajarannya Bahasa Daerah. Pelajaran inilah yang membuat kepala Koplo pusing karena nggak tahu artinya, apalagi ada tulisan jawanya.
Bagi dia lebih baik ngerjain matematika sak buku dari pada ngerjain Bahasa Jawa.
Untuk jawaban pilihan ganda sih ia bisa menggunakan aji pengawuran. Tapi giliran pertanyaan isian dan tulisan huruf Jawa, Koplo nggak mau baca lama-lama, langsung ia tulis lembar jawaban dengan huruf kapital besar-besar:
"ORA MUDHENG!"
Kocap kacarita, ketika waktunya pengambilan rapor, Lady Cempluk, ibunya Koplo dipanggil oleh Gendhuk Nicole, guru kelas Koplo.
"Putera Ibu sangat cerdas. Buktinya nilai rapornya bagus-bagus. Dan ia juga pintar membuat tertawa guru-guru di sini," lapor Nicole.
"Maksud Ibu...?" tanya Cempluk penasaran."
Lihat saja hasil tes pelajaran Bahasa Jawanya," kata Nicole sambil menyodorkan hasil tes Bahasa Daerah.
Melihat hasil tes dengan jawaban isian tertulis "ORA MUDHENG", seketika itu juga Cempluk tertawa.
"Ya maaf, Bu Guru. Anak saya belum bisa mendalami bahasa Jawa jadi belum bisa njawa".
Gurunya pun memaklumi sambil mengangguk-angguk.
Sumber : Solopos
Sabtu, 07 Juni 2008
Ora Mudheng ...
Diposting oleh de Musica di 6/07/2008 10:44:00 AM
Label: Cerita