www.gitaralfian.co.cc »

Rabu, 27 Agustus 2008

Materi 7

c. Gamelan Anyar


Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang.


i. Adi Merdangga


Adi Merdangga adalah sebuah gamelan baru yang merupakan pengembangan dari Balaganjur, gamelan pengiring prosesi tradisional yang biasa dimainkan sambil berjalan. Beberapa alat musiknya dimasalkan dan beberapa teknik pukulannya diperkaya dengan "meminjam" motif-motif drumband (marching band) modern. Perpaduan seperti ini membuat Adi Merdangga juga disebut drum band tradisional. Gamelan yang baru muncul pada tahun 1984 ini dinamakan Adi Merdangga (Adi= Besar, Merdangga= Kendang), karena di dalam barungan ini dipergunakan puluhan kendang, suatu kebiasaan yang tidak pernah terjadi di dalam barungan gamelan Bali manapun. Adalah kreativitas para dosen dan mahasiswa STSI Denpasar yang telah menghasilkan gamelan baru ini yang kemudian juga ditiru oleh beberapa Kabupaten di Bali.


Teknik permainan Adi Merdangga masih tetap mempertahankan pola-pola kakilitan cengceng, reyong dan kendang, seperti yang terdapat dalam Balaganjur. Komposisi musik yang dimainkan masih berkisar pada tabuh Gagilakan dalam tempo cepat dan pelan. Yang baru adalah pukulan rampak ala drum band modern yang diselipkan di sela-sela kakilitan tradisional yang melibatkan kendang, cengceng dan reyong. Juga merupakan gagasan baru dalam Adi Merdangga pemain melodi tidak lagi terbatas pada instrumen pencon (reyong) melainkan sudah ditambah dengan beberapa buah suling. Ada dua jenis langkah pengembangan yang terjadi di dalam Adi Merdangga, penambahan alat-alat gamelan dan memasukan gerak tari ke dalam barungan gamelan. Di samping penambahan kendang, cengceng kopyak (cengceng besar) didua atau tiga kali lipatkan dari jumlah yang biasa (6-10 pasang) dan pemasukan instrumen trompong serta beberapa buah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda (besar dan kecil).


Sebagai bagian dari barungan ini adalah sejumlah penari putra dan putri pembawa alat-alat seperti tombak dan kipas, yang pada bagian-bagian tertentu dari komposisi musik tampil dengan gerakan tarinya yang dinamis dan ekspresif. Untuk mengimbangi para penari semua pemain gamelan juga bergerak mengikuti pola koreografi yang telah ditentukan. Beberapa penabuh Balaganjur tradisional yang mengenakan busana tradisional madya, penabuh Adi Merdangga menggunakan busana khusus yang terdiri dari celana ketat berwarna hitam kain prada, baju rompi, udeng dengan riasan muka seperlunya. Semuanya ini menunjukan bahwa Adi Merdangga adalah suatu bentuk musik dan tari yang dilakukan sambil berjalan (berpawai).


Sebagai barungan gamelan yang masih relatif muda, keberadaannya Adi Merdangga sudah diakui oleh masyarakat Bali. Hal ini dapat dilihat dari penampilan kesenian kolosal ini pada beberapa peristiwa penting seperti dalam Sea Games XIV di Jakarta, Upacara pembukaan World Tourist Organization, Pembukaan Grand Bali Beach Hotel, di samping penampilannya pada setiap pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB). Yang lebih menarik untuk dicatat, tehnik-tehnik dan pola permainan Adi Merdangga yang bersumber pada Balaganjur tradisional kini sudah banyak diserap kembali oleh para pemain gamelan tradisional itu untuk memperkaya dan "mewajah - barukan Balaganjur" mereka.


i. Bumbung Gebyog


Bumbung Gebyog adalah barungan gamelan alit, yang juga berasal dari Jembrana, yang terbuat dari bambu. Gebyog merupakan musik masyarakat tani yang sangat sederhana bentuknya yang biasanya dimainkan pada waktu musim habis panen, oleh sekelompok ibu-ibu untuk mengungkapkan rasa gembira mereka.


* Barungan ini dibentuk oleh antara 8 sampai 12 (dua belas) bumbung Gebyog, tanpa nada pasti, yang dimainkan oleh pemain wanita. Setiap orang pemain memegang sebuah bumbung dan membunyikan instrumennya dengan membenturkan pangkal bumbung pada sebuah alas dari kayu dalam pola kotekan yang lazim disebut oncang-oncangan. Pola kotekan ini meniru pukulan menumbuk padi, atau membuat tepung beras yang juga merupakan kegiatan sehari-hari wanita desa. Gebyog juga dimainkan untuk mengiringi tarian semacam tari Joged Bumbung.


ii. Gamelan Bumbang


Bumbang adalah sebuah barungan bambu yangmasih relatif sangat muda usianya. Barungan gamelan yang mirip Tektekan ini adalah ciptaan I Nyoman Rembang seorang ahli karawitan yang juga pembuat gamelan Bali, pada tahun 1982.


Meskipun baru melalui beberapa penampilannya di Pesta Kesenian Bali maupun di TVRI, Bumbang sudah semakin dikenal oleh kalangan masyarakat luas Bali.


Instrumen pokok dari gamelan Bumbang adalah alat-alat musik pukul berbentuk setengah kulkul (grantang) yang terbuat dari bambu. Ada sedikitnya 40 orang pemusik (laki-laki) memainkan gamelan ini, setiap orang membawa 1 sampai 2 buah bumbang. Sedikit berbeda dengan Tektekan yang lebih mengutamakan permainan ritme dalam bentuk Kakilitan, bumbang menonjolkan kakilitan dan permainan melodi. Hal ini dimungkinkan karena Bumbang terdiri dari alat-alat musik pukul yang teratur nada-nadanya.


Berdasarkan ukurannya instrumennya bumbang dapat dibedakan menjadi 3 kelompok :


















Bumbang Pangede atau Jegogan



Mempunyai ukuran paling besar dengan nada paling rendah



Bumbang Madya atau Pemade



Mempunyai ukuran sedang dengan nada satu oktaf di atas bumbang gede



Bumbang Alit atau Kantilan



Mempunyai ukuran paling kecil dengan nada yang tinggi melengking








Melengkapi barungan ini adalah:






















Sepasang kendang ukuran menengah



Sepasang cengceng kecil (ricik)



Sebuah Gong Pulu yang berbentuk bilahan



Sebuah Gong (bermoncong) berukuran menengah



Beberapa buah suling bambu








Keunikan dari gamelan Bumbang adalah kemampuannya membawakan lagu-lagu atau komposisi musik yang diambil dari berbagai jenis seni pertunjukan, baik lagu-lagu yang berlaras pelog maupun slendro. Sistem nada setiap 1 buah memiliki nada tersendiri memungkinkan barungan ini memainkan lagu-lagu dari laras yang berbeda-beda.


iii. Gamelan Geguntangan


Gamelan Geguntangan adalah barungan baru yang juga disebut sebagai gamelan Arja atau Paarjaan. Gamelan ini adalah pengiring pertunjukan dramatari Arja yang diperkirakan muncul pada permulaan abad XX. Sesuai dengan bentuk Arja yang lebih mengutamakan tembang dan melodrama, maka diperlukan musik pengiring yang suaranya tidak terlalu keras, sehingga tidak sampai mengurangi keindahan lagu-lagu vokal yang dinyanyikan para penari. Melibatkan antara 10 sampai 12 orang penabuh, gamelan ini termasuk barungan kecil.


Instrumen guntang merupakan alat musik penting, di samping suling dan kendang dalam barungan ini.


Instrumentasi dari gamelan Geguntangan adalah:






















































Jumlah


Satuan


Instrumen


2


buah


kendang kekrumpungan (kecil)


1


buah


guntang kecil


1


buah


guntang besar (guntang kempur)


1


buah


kajar


1


buah


kleneng


1


pangkon


ricik


1


buah


tawa-tawa


1-6


buah


suling (hanya salah satu saja terbuat dari besi)




Pada mulanya Arja hanya menggunakan gamelan Geguntangan, namun kira-kira sejak beberapa tahun dalam perkembangan selanjutnya Arja diiringi dengan gamelan gong. Ide semacam ini sudah sejak lama dipraktekkan oleh Sekaa Gong Sengguan Gianyar yang setia mengiringi tari-tarian sejenis Arja atau Prembon dari Puri Gianyar. Namun pemakaian Gong Kebyar sebagai iringan Arja dipopulerkan oleh keluarga Kesenian Bali RRI Stasiun Denpasar dengan Arjanya yang mempergunakan lakon Godongan, Pakang Raras dan lain-lain.


Geguntangan adalah satu-satunya barungan gamelan Bali yang memakai 2 macam laras Slendro dan Pelog mengikuti laras tembang yang diiringinya. Perubahan laras dilakukan oleh pemain suling, satu-satunya instrumen pembawa melodi, dengan jalan merubah sistem tutupan (tatekep). Seperti halnya tabuh-tabuh gamelan pengiring tari, drama lainnya dan jenis-jenis tabuh Paigelan.


v. Gamelan Genta Pinara Pitu


Gamelan Genta Pinara Pitu juga merupakan barungan yang masih relatif baru di dalam jajaran gamelan Bali, Gamelan Genta Pinara Pitu (Genta dibagi tujuh) adalah pengembangan dari pada Gamelan Semar Pagulingan tujuh nada. Pembaharuan yang terjadi dalam gamelan ini adalah pemakaian dua oktaf pelog tujuh nada di dalam 1 instrumen. Pada Semar Pagulingan tradisional satu instrumen hanya mempergunakan 1 oktaf pelog tujuh nada.


Gamelan ini adalah ciptaan dari I Wayan Beratha seorang tokoh karawitan dan ahli pembuat gamelan Bali. Gamelan ini diperkenalkan pada tahun 1985, modivikasi dari penciptaan alat gamelan seperti ini adalah untuk menciptakan barungan gamelan yang bisa memainkan lagu-lagu Kakebyaran dan gending-gending Semar Pagulingan.


Penggunaan gamelan ini tidak terbatas pada pertunjukan tari dan drama saja, karena Gamelan Genta Pinara Pitu juga bisa dipakai untuk mengiringi upacara keagamaan. Instrumen dari gamelan ini tidak jauh berbeda dengan Gamelan Semar Pagulingan (panca nada) tradisional.


Instrumen-instrumen penting yang berperan di dalamnya adalah:



Instrumen terompong pada saat-saat tertentu juga berfungsi sebagai reyong tergantung dari komposisi musik yang dimainkan. Berbeda dengan Gamelan Semaradana, Genta Pinara Pitu nampaknya kurang berkembang.


vi. Gamelan Gong Kebyar


Gong Kebyar adalah sebuah barungan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dan keras) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis.


Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari Gong Gede dengan pengurangan peranan, atau pengurangan beberapa buah instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada tabuh-tabuh tertentu tidak dipakai sama sekali, gangsa jongkoknya yang berbilah 5 dirubah menjadi gangsa gantung berbilah 9 atau 10 . cengceng kopyak yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang dirubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan memakai panggul diganti dengan pukulan tangan.


Secara konsep Gong Kebyar adalah perpaduan antara Gender Wayang, Gong Gede dan Pelegongan. Rasa-rasa musikal maupun pola pukulan instrumen Gong Kebyar ada kalanya terasa Gender Wayang yang lincah, Gong Gedeyang kokoh atau Pelegonganyang melodis. Pola Gagineman Gender Wayang, pola Gegambangan dan pukulan Kaklenyongan Gong Gede muncul dalam berbagai tabuh Gong Kebyar.


Gamelan Gong Kebyar adalah produk kebudayaan Bali modern. Barungan ini diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915 (McPhee, 1966 : 328). Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar. Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong.


Gong Kebyar berlaras pelog lima nada dan kebanyakan instrumennya memiliki 10 sampai 12 nada, karena konstruksi instrumennya yang lebih ringan jika dibandingkandengan Gong Gede. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya.


Lagu-lagunya seringkali merupakan penggarapan kembali terhadap bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik dengan merubah komposisinya, melodi, tempo dan ornamentasi melodi. Matra tidak lagi selamanya ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh.


Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3 :


ü Utama = Yang besar dan lengkap


ü Madya = Yang semi lengkap


ü Nista = Yang sederhana


Barungan yang utama terdiri dari:
















































































Jumlah

Satuan

Instrumen

10

buah

gangsa berbilah (terdiri dari 2 giying / ugal, 4 pemade, 4 kantilan)

2

buah

jegogan berbilah 5 - 6

2

buah

jublag atau calung berbilah 5 - 7

1

tungguh

reyong berpencon 12

1

tungguh

terompong berpecon 10

2

buah

kendang besar (lanang dan wadon) yang dilengkapi dengan 2 buah kendang kecil

1

pangkon

cengceng

1

buah

kajar

2

buah

gong besar (lanang dan wadon)

1

buah

kemong (gong kecil)

1

buah

babende (gong kecil bermoncong pipih)

1

buah

kempli (semacam kajar)

1-3

buah

suling bambu

1

buah

rebab



 


vii. Gamelan Janger


Janger yang merupakan tari pergaulan muda mudi ditarikan oleh para remaja sebanyak 20 sampai 24 orang. Gamelan yang mengiringinya terdiri dari:






















































Jumlah


Satuan


Instrumen


1


buah


gender wayang


1


pasang


kendang kekrumpungan (kecil)


1


buah


tawa-tawa


1


buah


kajar


1


buah


rebana (yang kadang kala digantikan dengan gong pulu)


1


buah


kleneng


1


pangkon


ricik


1-3


buah


suling




Walaupun Gender Wayang berlaras slendro (lima nada), Gamelan Janger berlaras slendro dan pelog. Untuk mengiringi lagu-lagu berlaras pelog biasanya Gender Wayang tidak dipergunakan dan pimpinan melodi akan diambil alih oleh suling. Akhir-akhir ini Gamelan Semar Pagulingan juga dipakai untuk mengiringi pertunjukan Janger.


viii. Gamelan Joged Bumbung


Gamelan ini termasuk barungan madya, yaitu sebuah barungan gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi tari Joged Bumbung, sebuah tari pergaulan di Bali yang dibawakan oleh seorang penari remaja putri yang pada bagian tarinya mengundang penonton untuk menari bersama (ngibing).


Gamelan Joged Bumbung sering kali juga disebut gamelan Gegrantangan, karena instrumen pokoknya terdiri dari tingklik bambu berbentuk gerantang (semacam tabung). Gamelan ini berlaras slendro lima nada (sama seperti gender wayang) dan untuk memainkan instrumen gerantang penabuh memakai 2 panggul, yang kanan memainkan kakembangan (ornamentasi), sedangkan yang kiri memainkan melodi pokok.


Instrumentasi gamelan Joged Bumbung pada umumnya terdiri dari:


 

















































Jumlah

Satuan

Instrumen

 

buah

gerantang besar

4

buah

gerantang kecil

1

buah

gong kemodong

1

buah

kleneng

1

pangkon

ricik

1

buah

kendang (berukuran sedang)

1

buah

tawa-tawa

3-4

buah

suling



Di beberapa tempat gamelan Joged Bumbung juga di lengkapi dengan beberapa Kepyak (sepasang tabung bambu yang pecah) dan juga reyong. Mengenai repertoire Gamelan Joged Bumbung diambil dari lagu-lagu rakyat, tabuh-tabuh Gong Kebyar, lagu-lagu Pop dan Gegandrangan (pengiring tarian bersama antara penari dan pengibing).


ix. Gamelan Manik-asanti


Gamelan Manikasanti (manik=permata, santi=damai) ini secara fisik merupakan perpaduan antara Palegongan dan Semar Pagulingan, memadukan berbagai saih & patutan yang ada dalam karawitan Bali seperti:


ü Gong Gede


ü Gong Luwang


ü Semar Pagulingan


ü Palegongan


ü Angklung


ü Gong Kebyar


ü Bebarongan


ü Selonding


Dengan fleksibilitas tangga nada yang dimiliki oleh barungan ini maka gamelan ini dapat memainkan lagu-lagu dari hampir semua gamelan Bali, bukan saja dalam 7 nada melainkan meliputi ke 14 saih yang ada.


Barungan ini terdapat di Banjar Dauh Kutuh, Desa Ubung Kaja, Kodya Denpasar, desa kelahiran I Wayan Sinti. Instrumentasi dari gamelan yang tergolong barungan ageng ini hampir sama dengan Gong Kebyar dengan tambahan beberapa gangsa jongkok. Uniknya adalah gangsa-gangsa gantungnya yaitu gender rambat, ugal, pemade dan kantil, berbilah/ bernada 11, trompongnya 14 pencon dan reyongnya 15 Pencon.


Catatan: Gangsa Jongkok adalah gangsa yang bilah- bilahnya bertumpu (cushioned) pada tungguhnya (badan /chasis resonansi gangsa). Sedangkan gangsa gantung adalah gangsa yang bilah- bilahnya digantung (suspended) menggunakan seutas tali regang yang ditumpu oleh beberapa penggantung untuk menjaga jarak layangnya di atas tungguh. Gaung dari getaran gangsa gantung lebih panjang dari pada gangsa jongkok karena getaran bilahnya tidak segera diredam dalam posisinya yang tergantung bebas.


x. Gamelan Semaradana


Gamelan Semaradana adalah sebuah barungan gamelan baru yang pada hakekatnya merupakan suatu pengembangan dari gamelan Gong Kebyar dan Semar Pagulingan (sapta nada). Sistem pengaturan nada dari gamelan ini terutama dari kelompok gangsa, menunjukan adanya penggabungan ide dari kedua barungan gamelan tersebut di atas. Gamelan ini adalah ciptaan dariI Wayan Beratha seorang tokoh karawitan sekaligus pembuat gamelan Bali.


Gamelan ini diperkenalkan pada tahun 1988. Motivasi dari penciptaan alat-alat gamelan seperti ini adalah menciptakan barungan gamelan yang bisa memainkan lagu-lagu kakebyaran dan gending-gending Semar Pagulingan. Penggunaan gamelan ini tidak terbatas pada pertunjukan tari dan drama saja, gamelan Semaradana juga bisa dipakai untuk mengiringi upacara keagamaan. Instrumen dari gamelan Semaradana ini tidak jauh berbeda dengan gamelan Gong Kebyar.


Instrumen-instrumen penting yang berperan di dalamnya adalah:


* gangsa, (jegogan, jublag, pemade dan kantil)


* sepasang kendang


* gong kempur


* kemong


* kajar


* reyong


* cengceng


* suling bambu


* rebab


Sejak pertama kali diciptakan, gamelan Semaradana sudah semakin tersebar ke berbagai desa di Bali, bahkan sampai ke luar negeri. Para pemakai gamelan ini merasa bahwa gamelan ini sangat fleksibel, walaupun memainkannya diperlukan teknik khusus.




xi. Gong Suling


Gamelan Gong Suling adalah barungan gamelan yang didominir oleh alat-alat tiup suling bambu yang didukung oleh instrumen-instrumen lainnya. Gamelan yang berlaras pelog lima nada ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1950.


Gong Suling pada hakekatnya merupakan pengembangan dari Gong Kebyar, tabuh-tabuh yang dibawakan hampir semuanya berasal dari Gong Kakebyaran, hanya saja pembawa melodinya tidak lagi gangsa yang terbuat dari krawang melainkan sejumlah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda.


Ada sedikitnya 30 suling di dalam barungan ini. Tingkatan tinggi rendah nadanya meniru tingkatan bunyi gangsa dalam Gong Kebyar. Lebih dari itu fungsi dari masing-masing instrumen juga disusun seperti Gong Kebyar, ada suling yang berfungsi sebagai jegogan, jublag, ugal, pemade dan kantil.


Melengkapi barungan ini adalah:


































Jumlah

Satuan

Instrumen

2

buah

kendang

1

buah

kajar

1

buah

kemong

1

buah

kempur

1

pangkon

ricik



Gong Suling yang pada hakekatnya barungan suling bambu yang memainkan tabuh-tabuh Kebyar biasanya dipentaskan sebagai tabuh-tabuh instrumen dan sebagai iringan tari atau drama.


xii. Jegog


Barungan ini termasuk gamelan madya yang terdapat hanya didaerah Kabupaten Jembrana. Jegog adalah barungan gamelan berlaras pelog (empat nada) yang terdiri dari instrumen berbentuk tabung bambu.


Semula gamelan ini hanya dipakai untuk memainkan musik-musik instrumental dan pengiring pencak silat. Belakangan ini jegog juga dipakai untuk mengiringi tari-tarian Kebyar dan Drama Gong. Bagi masyarakat Jembrana pertunjukan Jegog yang paling berkesan adalah Jegog yang dilakukan pada hari-hari raya tertentu atau sehabis musim panen.


Ada 11 tungguh instrumen dalam barungan ini meliputi:








































Jumlah

Satuan

Instrumen

3

tungguh

instrumen barongan

3

tungguh

kancilan

2

tungguh

kentrungan

3

tungguh

suwir

2

tungguh

undir

1

tungguh

jegogan, masing-masing 8 bilah / tabung



Jegogan adalah instrumen terbesar dalam barungan ini yang memberikan suara berkualitas gong. Untuk mengiringi tari-tarian barungan ini dilengkapi dengan beberapa instrumen lain, yaitu:




































Jumlah Satuan


Instrumen


2 buah


Kendang Gupakan


1 buah


Kajar


1 buah


Tawa-tawa


1 buah


Cengceng


1 buah


Suling


1 buah


Rebana




xiii. Kendang Mabarung


Gamelan ini termasuk barungan langka yang terdapat di daerah Jembrana, daerah asal gamelan Jegog dan Gebyog. Ada yang berpendapat bahwa Kendang Mabarung adalah gemelan Angklung yang memakai kendang besar atau kendang barung. Akan tetapi karena peranan kendang besar sangat menonjol dalam pertunjukan, maka penamaan terhadap barungan ini menjadi terfokus kepada kendang.


Instrumen pokok dalam barungan ini adalah dua kendang raksasa yang panjangnya sekitar 3 meter dengan garis tengah sekitar 1 meter.


Musik yang ditimbulkan cenderung berkesan ritmis, karena pukulan kendang itu sendiri mempunyai pola ritme yang bermacam-macam. Pembawa melodi dalam barungan ini adalah instrumen angklung yang berlaras pelog empat nada sama seperti laras Jegog. Penabuh Kendang Mabarung adalah 2 orang, masing-masing memukul 1 sisi kendang dengan alat pemukul. Teknik pukulannya adalah kotekan yang dilakukan secara imbal.


Kendang Mabarung sering ditampilkan untuk mengiringi perlombaan Makepung, kadangkala untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya.


xiv. Okokan / Grumbungan


Okokan adalah instrumen semacam bel berukuran raksasa yang dibuat dari kayu yang dijadikan alat komunikasi oleh kelompok masyarakat di desa-desa terpencil. Instrumen yang sama, namun dengan ukuran yang lebih kecil disebut kroncongan yang biasa dipasang di atas pohon untuk mengusir binatang--binatang perusak tanaman kelapa, sebagai kalung ternak (sapi maupun kerbau).



Atas prakarsa masyarakat Baturiti (kabupaten Tabanan) dan Tegalalang (Kabupaten Gianyar) di mana terdapat cukup banyak instrumen okokan, alat-alat bunyi ini ditata menjadi sebuah barungan yang disebut Okokan atau Grumbungan.


Ada sedikitnya 30 buah okokan dalam barungan ini. Ada sejumlah pemain yang memainkan sebuah okokan secara lepas-lepas dan ada pula setiap dua orang merangkai 2 alat menjadi satu unit yang diusung oleh dua orang. Penabuh yang sekaligus pengusung mengambil posisi dibelakang okokan dan membunyikannya dengan cara mengocoknya.


Selain okokan dalam barungan ini juga dimasukkan dua buah kendang, 1 buah kajar dan sejumlah instrumen pukul lainnya. Musik yang ditimbulkan barungan berukuran besar ini sangat ritmis dan bersuasana magis. Sejak permulaan Pekan Kesenian Bali, Okokan selalu ditampilkan dalam acara pawai pembukaan pada pesta budaya tahunan ini.


xv. Tektekan


Adalah sebuah barungan gamelan yang relatif masih baru yang muncul di daerah Tabanan. Di desa Kerambitan, telah lama berlangsung suatu tradisi arak-arakan mengelilingi desa untuk mengusir roh-roh jahat yang dianggap mengganggu kehidupan masyarakat. Arak-arakan seperti ini biasa dilakukan saat desa terserang wabah penyakit. Instrumen baku dari barungan ini, yang melibatkan sedikitnya 50 (limapuluh) orang penabuh laki-laki, adalah sebuah kentongan atau kulkul dari bambu.


Masing-masing penabuh memegang sebuah kentongan dengan ukuran berbeda-beda dan memainkan instrumen mereka dengan pola kakilitan seperti ritme cak atau cengceng kopyak dalam Balaganjur. Selain kulkul, barungan ini juga dilengkapi dengan gong, tawa-tawa, sebuah kemong, beberapa buah suling dan sepasang kendang.


Gamelan ini kini menjadi bagian dari pertunjukan Calonarang. Bagi masyarakat luas Tektekan adalah pertunjukan Calonarang dari Tabanan yang terkenal dengan demonstrasi kekebalan. Dalam masa dua puluh tahun belakangan ini Tektekan telah menjadi salah satu acara yang digemari oleh wisatawan.